Header Ads

Pendirian RSNU Kendal, Mampukah?

Menerima atau tidak suatu premis, di banyak wilayah di Indonesia, NU secara kuantitas tergolong mayoritas, paten labelnya sebagai organisasi massa keagamaan terbesar di Indonesia, bila dibandingkan dengan ormas keagamaan yang lain. Muhammadiyah, misalnya. Itu ditengarai dengan adanya “NU paling jago dalam hal mengumpulkan massa anggotanya. Dan membludak”. Kondisi seperti itu tidak hanya diamini oleh kalangan interen NU, tapi juga diiyakan oleh banyak pihak di luar NU.

Tapi, secara makro, NU masih banyak tertinggal. Sebut saja bidang pendidikan. Walaupun bidang ini lambat laun, tapi pasti, membuntuti program “saudara”nya. Di banyak tempat, NU sudah mampu mengikuti arus pasar pendirian SMA, SMK dan perguruan tinggi sekuler yang lain. Juga di bidang ekonomi maupun sosial, NU masih keteteran. Masih minimnya pelayanan masyarakat di ranah koperasi dan kesehatan (baca: klinik maupun rumah sakit).  Tapi dalam kepemilikan instutusi pendidikan agama (baca: pesantren) sampai saat ini NU belum tertandingi.

Sehingga ada pameo,di masyarakat NU mencari ahli baca Alqur’an (agama) gudangnya. Tapi mencari Profesor dalam ilmu sekuler, bagai mencari jarum di tumpukan jerami. Bahkan dalam ilmu agama mengalami overproduksi. Dalam masyarakat tertentu, banyak keluarga yang anaknya  lulusan pesantren semua. Atau paling tidak lulusan IAIN (sekarang UIN).

Sampai sa’at ini, sebagaimana penulis sudah menyebutkan di atas, dalam ranah pendidikan sudah mengalami kemajuan yang cukup signifikan. Banyak putra NU yang bersertifikat ijasah S1, S2 bahkan S3, tapi itu semua didominasi dalam ilmu keagamaan.

Langkah jitu

NU Kendal yang sekarang dinakodai oleh seorang intelektual yang berpikiran progresif, mantan politisi PKB yaitu K.H. Moh.Danial Royyan, telah menapakkan langkah yang cukup jitu, yaitu akan mendirikan rumah sakit NU. Keintlektualan beliau dipatenkan dalam beberapa karya buku, diantaranya Sejarah Tahlil, Membedah Ahlussunah Wal Jama’ah dan lain sebagainya. Dan pikiran- pikiran beliau banyak diakomodir oleh kalangan muda NU. Hal  itu ditengarai seringnya beliau diundang di berbagai forum, sebagai nara sumber.

Keberadaan rumah sakit NU sangat diperlukan oleh masyarakat NU itu sendiri. NU yang mayoritas di Kendal, sangat disayangkan kalau belum berbenah untuk memiliki sebuah rumah sakit. Adapun  Klinik di beberapa kecamatan sudah berdiri, misal di Pegandon, Kaliwungu, Pageruyung dan sebagainya.

Respon obyektifnya pendirian rumah sakit NU ini tidak lain adalah, kesadaran masyarakat sudah cukup tinggi. Rasionalitas masyarakat sudah mulai tumbuh, terutama dalam mensikapi eksistensi sebuah penyakit. Sangat berbeda dengan kondisi, paling tidak sepuluh tahun yang lalu. Dimana masyarakat dalam merespon keberadaan suatu penyakit, masih banyak menggunakan jasa alternatif.

Kali ini, NU di bawa kepemimpinan KH Moh.Danial Royyan dalam hal pendirian rumah sakit NU tidak mau tersandung kedua kali. Apa pasal? Seperti khalayak sudah mafhum bahwa keberadaan RSI (Rumah Sakit Islam) Kendal, yang sekarang ber”aroma” Muhammadiyah, yang berada di kecamatan Weleri itu, sejatinya pengelolanya dua ormas Islam yaitu NU dan Muhammadiyah. Adalah bupati Kendal di era Orba (orde baru) , yaitu bapak Soemoyo yang punya gagasan bahwa di Kendal harus ada RSI yang dimiliki oleh dua ormas yaitu NU dan Muhammadiyah. Adapun sekarang menjadi RSI Muhammadiyah adalah hasil perjalanan sejarah. Perjalanan yang punya “nila”, yang merusak kesucian susu.

Untuk itulah NU Kendal betul- betul menyingsingkan lengan baju dalam pendirian rumah sakit tersebut. Mesin organisasi dioptimalkan secara masif. MWC (Majlis Wakil Cabang) NU tingkat kecamatan sampai pengurus ranting NU tingkat desa dibentuk kepanitiaan untuk menjaring pundi-pundi rupiah. Ada beberapa produk dalam pengumpulan dana tersebut: Pertama wakaf, satu lembarnya seharga Rp.500.000,- per 1 M2 tanah. Kedua, saham dengan nilai per lembar Rp.10.000,-. Ketiga, Bagi guru NU yang sudah bersertifikasi dipotong Rp.25.000,- selama tiga bulan. Keempat, potongan profesi sebesar Rp.25.000,- selama 3 bulan. Kelima, bagi masyarakat di luar segmen tersebut sebesar Rp.5.000,- selama 3 bulan.

Penarikan itu akan berlangsung selama rumah sakit belum selesai. Sepertinya hal itu direspon positif oleh warga NU dan sangat antusias. Warga barangkali sudah sangat menyadari, sebagai ormas terbesar, tapi belum memiliki rumah sakit. Ironi. Selain itu secara umum, masyarakat Kendal kesadaran akan kebutuhan rumah sakit sangat besar. “InsyaAllah akhir 2015, akan dimulai pembangunannya,” tandas Kiai Danial, pada waktu memberikan sambutan di acara harlah NU di GOR Bahurekso, sekaligus lanching berdirinya rumah sakit tersebut.

Perangkat lunak suatu rumah sakit jauh lebih penting daripada bangunan rumah sakit itu sendiri. Apalah artinya gedung rumah sakit yang begitu megah, tapi dalamnya (baca: manajemen SDM dan lain sebagainya, sangat rapuh). Sejarah RSI di Kendal itu sendiri merupakan kerapuhan manajemen SDM di NU. Di banyak sekolah maupun madrasah NU, ada tenaga pendidiknya yang berasal dari “tetangga”, terutama mata pelajaran-mata pelajaran  yang memang jarang dimiliki NU.

Hal semacam itu jangan sampai terulang di RS NU. Nama rumah sakit NU, tapi manajemennya  orang lain. Jangan sampai RS NU, Dokter, Perawat maupun Bidan dari orang lain. Untuk mengantisipasi hal tersebut, maka jajaran PCNU Kendal harus berani turun gunung, agar putra-putri NU menuntut ilmu-ilmu kedokteran, keperawatan maupun kebidanan yang ada di Perguruan Tinggi NU: Unisma Malang,Unwahas Semarang, Unsiq Wonosobo. Tiga perguruan tinggi tersebut adalah milik NU dan memiliki beberapa disiplin ilmu yang mampu mengisi kebutuhan rumah sakit.

Untuk mempercepat akselerasi kebutuhan perangkat lunak suatu rumah sakit, maka PCNU Kendal harus berani jemput bola terobosan- terobosan, berupa mengadakan MOU dengan tiga perguruan tinggi tersebut. Agar selain cepat terisi tenaga- tenaga profesional yang handal, juga tenaga tenaga tersebut tidak diragukan keaswajannya. Semoga.

Sekitar lima tahunan yang lalu bupati Kendal telah mewacanakan pendirian rumah sakit tanpa kelas. Rumah sakit tersebut terutama diperuntukkan kalangan yang kurang mampu. Di daerah Kendal masih banyak segmen strata tersebut.


Moh. Makhrus, Penulis Buku “ NU, Muhammadiyah di Mata Kang Bejo”; guru SMA NU 03 Muallimin Weleri,Kendal.

Tidak ada komentar

Diberdayakan oleh Blogger.